“Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya.”(HR. Muslim no. 1151)
Subhanallah..
Tak ada kata lain yang dapat
menggambarkan kegembiraan orang berpuasa ketika datangnya waktu berbuka,
Dan tidak ada yang dapat menggambarkan kegembiraan orang yang berbuka selain puji dan syukur atas karunia Allah. Di saat itu ia semakin dekat, seolah-olah ia berjumpa dengan Rabbnya.
Dan tidak ada yang dapat menggambarkan kegembiraan orang yang berbuka selain puji dan syukur atas karunia Allah. Di saat itu ia semakin dekat, seolah-olah ia berjumpa dengan Rabbnya.
Apa kata Bunga.
Saat berbuka merupakan momen yang paling ditunggu oleh orang berpuasa.
Bahkan Rasulullah sendiri telah menerangkan dalam hadits riwayat Imam Muslim di
atas.
Rabu, 8 juni 2016 kemarin, bertepatan dengan hari ketiga Ramadhan,
saya berkesempatan merasakan indahnya
berbuka ala anak kost yang melajang, yang sedang happening akhir-akhir ini.
Yakni berbuka bersama di Masjid.
foto via hipwee.com
Sebenarnya bagi saya pribadi, berbuka ala anak kost yang menjomloh di
masjid bukanlah agenda prioritas pada hari itu.
Sebab agenda yang sudah dicanangkan adalah bertemu dengan salah satu teman blogger yakni Pertiwi Soraya atau Mak Tiwi di Perpustakaan Kota Medan, guna mendiskusikan beberapa hal.
(alamak, bahasanyo..) :D
Sebab agenda yang sudah dicanangkan adalah bertemu dengan salah satu teman blogger yakni Pertiwi Soraya atau Mak Tiwi di Perpustakaan Kota Medan, guna mendiskusikan beberapa hal.
(alamak, bahasanyo..) :D
Oke, lanjut.
Bagi pembaca, sepertinya saya harus
memohon maaf terlebih dahulu mengingat cerita ini agak ngalor ngidul.
Bagi yang tidak sabar mengikuti tulisan ini hingga akhir, intinya sih, saya mau bercerita tentang kebahagiaan orang berbuka versi saya, dihubungkan dengan hadits di atas juga sebuah foto tentang piring kosong yang kinclong. Hehe..
Bagi yang tidak sabar mengikuti tulisan ini hingga akhir, intinya sih, saya mau bercerita tentang kebahagiaan orang berbuka versi saya, dihubungkan dengan hadits di atas juga sebuah foto tentang piring kosong yang kinclong. Hehe..
Oke, lanjut verse II.
Berbuka di masjid memang menarik, tapi saya tidak begitu tertarik.
Karena masih tinggal bersama orang tua lengkap.
Yang artinya, secara otomatis hidangan berbuka akan sudah tersedia di atas meja begitu saya tiba di rumah. (Sorry guys)
Yang artinya, secara otomatis hidangan berbuka akan sudah tersedia di atas meja begitu saya tiba di rumah. (Sorry guys)
Dan bisa jadi, mereka selalu menantikan anak gadisnya ini pulang
bekerja sebelum maghrib agar bisa berbuka bersama.
Mungkin lebih tepatnya agar bisa membantu menyiapkan menu berbukanya. Yah, begitulah..
Mungkin lebih tepatnya agar bisa membantu menyiapkan menu berbukanya. Yah, begitulah..
Tapi berbuka bersama di masjid menjadi krusial pada saat itu.
Mengingat Mak Tiwi mengajak (Baca: memaksa) untuk merasakan bukaan gratis di masjid-masjid besar yang ada di kota Medan.
Mengingat Mak Tiwi mengajak (Baca: memaksa) untuk merasakan bukaan gratis di masjid-masjid besar yang ada di kota Medan.
Maka, karena tidak ingin mengecewakannya di bulan puasa, akupun
membuatnya bahagia dengan menyebutkan satu kalimat super:
“Nanti
kita buka puasanya di Masjid Aceh Sepakat aja..”
Yeeey.. (super claps!)
Selanjutnya, terjadilah peristiwa sebagaimana tertangkap dalam kamera di bawah ini.
(Udah kayak reportase apaan gitu :D)
Masjid Raya Aceh Sepakat berada tepat di belakang Perpustakaan
Kota Medan, jadi bisa langsung berjalan kaki menuju lokasi.
Tapi
karena saya a.k.a diriku membawa sepeda motor, jadi harus memutar terlebih
dahulu.
Melalui simpang Jalan gajah Mada, langsung belok kiri ke Jalan Raksana. Ketemu persimpangan lalu belok lagi ke kiri. Nah, langsung tiba di halaman parkir masjid.
Melalui simpang Jalan gajah Mada, langsung belok kiri ke Jalan Raksana. Ketemu persimpangan lalu belok lagi ke kiri. Nah, langsung tiba di halaman parkir masjid.
Foto
itu diambil ketika kami selesai shalat Ashar.
Sepi?
Tidak juga. Namanya Ramadhan, pasti masjid selalu lebih ramai dibanding
bulan-bulan lainnya.
Kebetulan
di shaf perempuan, jika ba’da Ashar sudah sedikit orang yang shalat.
Yang banyak itu orang-orang pada bergelimpangan di sisi paling belakang, mojok dekat dinding.
Yang banyak itu orang-orang pada bergelimpangan di sisi paling belakang, mojok dekat dinding.
Salah
satunya kami. Hehehe.
Namanya
sambil menunggu waktu berbuka yah..
Jadi
bolehlah ya.. bergelimpangan sikit sambil nge-charge – nge-charge canchy..
Foto
emak-emak bergelimpangan sepertinya tidak perlu dipublikasikanlah ya, jadi saya
unggah foto ibu-ibu sedang menuju tempat berwudhu.
Waktu
maghrib di Medan sekitar pukul 18.47 WIB. Tapi sedari pukul 18 kurang, nazir
masjid sudah menyilakan para jamaah untuk mengambil kursi di samping masjid.
(Maksudnya duduk di meja dan kursi yang disediakan petugas untuk menyajikan takjil)
(Maksudnya duduk di meja dan kursi yang disediakan petugas untuk menyajikan takjil)
Saya
dan Mak Tiwi kan masih awam di dunia perbukberan di masjid,
jadi kami pikir, penting apa? Duduk hampir satu jam di situ, ngeliatin super duper hidangan berbuka di atas meja?
Mumpung masjid lagi sepi, jadi kami puas-puasin ngambil foto.
jadi kami pikir, penting apa? Duduk hampir satu jam di situ, ngeliatin super duper hidangan berbuka di atas meja?
Mumpung masjid lagi sepi, jadi kami puas-puasin ngambil foto.
Walhasil,
5 atau 7 menit sebelum berbuka barulah kami beringsut ke lokasi pembagian
takjil. Dan ini yang kami temukan.
Andai
si Rangga ada di situ, pasti dia langsung berpuisi.
Tidak ada kursi hari ini
Tidak ada kursi kemarin
Aku sendiri dan tidak ada takjil gratis di hari ini
Semua orang adalah orang puasa dan sama-sama nunggu waktu berbuka..
Itu,
sumpah. Udah rame banget, dan kursi semua penuh!
Tiap
ada lihat kursi kosong, kami samperin. Terus, orang di sebelahnya nyeletuk “
"Udah ada orangnya ini kak… *emot smile”
"Udah ada orangnya ini kak… *emot smile”
Ya
sudah, kamipun pasrah.
Karena
memang tidak bawa bekal berbuka, biarpun cuma air putih, sedang azan maghrib
sebentar lagi, sempat terpikir pergi ke seberang jalan dan beli air mineral.
Tapi
para panitia pembagian takjil memang luar biasa.
Mereka tidak ingin ada jamaah yang kecewa.
Mereka tidak ingin ada jamaah yang kecewa.
Biar lagi puasa, Si Bapak panitia tetap
semangat teriak-teriak di mikrofon,
Minta jamaah yang tidak kebagian meja untuk mengambil tempat di dalam gedung serbaguna masjid.
Minta jamaah yang tidak kebagian meja untuk mengambil tempat di dalam gedung serbaguna masjid.
Sekalian
nyuruh anggota panitia agar lebih jeli, jangan sampai ada jamaah yang tidak
kebagian takjil meski cuma air mineral. *fiuuh..
Alhamdulillah..
Tepat
beberapa detik sebelum waktu berbuka, teh manis datang.
Lalu kue jajanan pasar dan kurma.
(Saya malah kebagian pudding :D).
Lalu air mineral cup.
Lalu kue jajanan pasar dan kurma.
(Saya malah kebagian pudding :D).
Lalu air mineral cup.
“Allahumma
lakasumtu wabika aamantu wa ‘ala
rizqika afthortu birahmatika yaa arhamarraahimiin”
Subhanallah…
Kebahagiaan
pertama sebagai orang berpuasa sudah kami terima. Selanjutnya adalah
kebahagiaan kedua, yakni bertemu dengan Rabbnya..
Sebagaimana
jamaah berbuka yang lain, kamipun bergegas untuk melaksanakan Shalat
maghrib berjamaah.
Masjid
penuh sesak, di shaf perempuan juga.
Shaf
laki-laki bahkan memanjang hingga teras samping masjid.
Tapi,
begitu shalat berjamaah selesai, shaf lelaki yang tadinya penuh sesak malah
sudah sepi duluan.
Padahal sang Imam belum selesai berdoa.
Padahal sang Imam belum selesai berdoa.
Ada
Apa Dengan Mereka?
(Langsung
muterin ost. AADC, “Ada apa dengan mreka..”)
Ternyata penyebabnya adalah makan malam kari daging yang disediakan panitia seusai berbuka.
Menu lengkapnya nasi putih dengan daging kari Aceh yang mak
nyuss, ditambah sayur urap, sambal telur, ikan asin, dan semangka.
(Setidaknya
itu yang saya lihat di nampan bapak itu sebelum jadi kinclong begitu)
Yah,
karena lagi-lagi tidak memiliki pengalaman, kamipun terlambat ketika pembagian
makan malam.
Semua
nampan sudah habis!
Tapi
kami tetap dapat menikmati Nasi kari Aceh yang, hm.. rasanya itu masih
terkenang.
Tadinya
sih, dasar anak gadis yah, kami pake imej dikitlah.. gak mau repotin si bapak
panitia, kami rela sepiring berdua.
Walhasil,
andai piring itu bisa dimakan, pasti gak bersisa juga. Hahaha.
Hm..
Biarpun
agak absurd kegiatan berbuka pada hari itu. Tapi pengalaman unik ini mungkin tidak terulang lagi.
(Secara, kalau berbuka di masjid Aceh Sepakat sudah tau triknya. Ehehe.)
(Secara, kalau berbuka di masjid Aceh Sepakat sudah tau triknya. Ehehe.)
Dan
yang tak kalah penting adalah kenangan yang terukir dan rasa syukur yang
menyenangkan. Hm.. jadi baper.
Yang
pasti, setelah ini akan ada kunjungan-kunjungan berbuka ke masjid lain selama
Ramadhan.^^
Doakan saya bisa berbagi di sini. See you guys!
No comments:
Post a comment