Mendengar kata Laskar Pelangi,
kira-kira apa yang langsung terlintas di benak Anda? Apakah sebuah novel, film,
judul lagu? Ataukah sekumpulan anak
pesisir pantai Belitung yang berjuang mengalahkan keterbatasan dengan iringan kisah
yang menakjubkan?
Bagi saya, berbicara mengenai laskar
pelangi berarti memunculkan kembali memoar ketika menemukan novel karya Andrea
Hirata ini pertama kali di rumah saudara. Yah, meski hanya pinjaman, namun dari
perjumpaan beberapa halaman tersebut membentuk suatu keinginan untuk memiliki
buku tersebut agar dapat leluasa menjumpai halaman-halaman lain hingga ke
beberapa bab selanjutnya. Dan hasil dari pertemuan pada bab-bab tersebut membuat
saya jatuh cinta kepada novel ini.
Ternyata tak cuma saya berpendapat
demikian, seluruh teman-teman yang telah membaca novel Laskar Pelangi juga
berpendapat sama. Apalagi pada sampul depannya tertulis jelas kata ‘based on
true story’, membuat anak muda seperti kami yang kala itu masih kuliah semakin
bersemangat melahap novel tersebut guna memetik berbagai pelajaran.
Kini setelah beberapa tahun berlalu,
novel Laskar Pelangi yang pernah menjadi fenomena sastra Indonesia tak juga
surut dari berbagai sorotan. Terutama sorotan seputar penulisnya yakni Andrea
Hirata. Serta yang paling anyar adalah lokasi tempat bergulirnya kisah para
Laskar Pelangi yakni Pulau Belitung, yang kini merupakan bagian dari Provinsi Bangka
Belitung. Saking tenarnya pulau tersebut,
hingga mendapat julukan negeri Laskar Pelangi. Dan kegiatan wisata unggulannya
adalah Napak Tilas Laskar Pelangi, yaitu sebuah perjalanan wisata mengunjungi
berbagai tempat yang ada di dalam novel Laskar Pelangi, mulai dari pantai,
bukit, hingga sekolah.
Meski telah menuai berbagai pujian, kritik serta
cercaan pula tak luput diterima oleh novel ini serta penulisnya.
Kritik yang pernah
dilontarkan biasanya berkutat seputar keraguan akan kebenaran label ‘based on
true story’ pada novel itu, keraguan pada keaslian pemilik cerita sesungguhnya,
hingga masalah-masalah pribadi penulis yang juga turut meramaikan panggung Laskar
Pelangi di dunia nyata.
Meski demikian, sebuah karya tetaplah karya dan waktu
yang akan membuktikan. Sastra ataupun tidak sastra, novel Laskar Pelangi telah dengan
sukses diterbitkan dan menjadi konsumsi publik Indonesia dengan segala manfaat
serta mudharat yang dibawanya. Karya manusia tak mungkin ada yang sempurna,
semua keraguan dan cercaan itu dijawab oleh Andrea Hirata, sang penulis, dengan
tetap berkarya dan semakin serius berkecimpung dalam dunia tulis-menulis.
Written by Si Bunga Matahari
No comments:
Post a comment